Pada akhir Sya’ban, bertepatan dengan hari Sabtu terakhir di bulan Februari 2025, kami berkunjung ke Kudus. Kota Sunan yang religius, sekaligus sebagai kota industri, yang dikenal pula sebagai kota pencetak juara bulutangkis dunia.
Kami hadir dikota jenang itu, sebelum jam 8, dan langsung menikmati sarapan kuliner khas Kudus, Nasi Opor Sunggingan. Masakan dan penyajiannya tidak berubah sejak puluhan tahun lalu.
Sejak sekitar 30 tahun silam, ketika sahabat yang berasal dari Kudus ini bercerita, tetap seperti itu. Ayam opor yang disajikan dengan digunting persegi kecil, yang sebelumnya dibakar, sangat empuk dan gurih. Nasi opor disajikan diatas piring, dengan memakai 'suru' (potongan daun pisang selebar 2-3 cm jari yang dilipat) sebagai sendoknya.
Sahabat ini sangat akrab dengan bapak ibu yang melayani, sekaligus sebagai pemilik warung yang ramai dikunjungi pelanggan. Yang bapak melayani pelanggan yang menikmati di warung yang cukup luas itu. Sementara yang ibu lebih melayani pelanggan yang dibawa pulang. Dengan cara kemasan yang khas, dan tidak lupa menyertakan suru sebagai sendoknya.
Pelanggan bisa juga menambah lauk garang asem, yang dibungkus daun pisang yang berisi jerohan, kepala serta ceker ayam. Tidak pedas tetapi malah menyegarkan serta menambah selera makan. Rambak kulit kerbau melengkapi meriahnya suara saat menyantapnya.
Kerbau merupakan salah satu makanan khas wilayah Kudus, karena tradisi yang dijunjung tinggi. Kami tidak bisa berlama-lama disitu, karena harus segera menghadiri rapat.
Semoga kita selalu sehat. (Abk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar