Latest News

Dandangan, Jejak Sunan Kudus

 


Beberapa saat menjelang Romadhon, kegiatan ekonomi masyarakat akan lebih dinamis, malah sedikit bergejolak. Peningkatan itu semakin memuncak di saat mendekati Hari Raya Idul Fitri. Kebutuhan barang pokok bertambah, dan otomatis akan mendongkrak harga.


Kenaikan itu seringkali diikuti oleh barang lain. Namun ada kalanya justru banyak penawaran diskon untuk barang tertentu. Bahkan semua istilah marketing bisa terbaca dimana mana, seperti cuci gudang, bonus ini itu, beli 3 dapat 4 dan lain sebagainya.




Lain lagi dengan di Kudus, kota Sunan yang religius ini meramaikan untuk menyambut Romadhon dengan cara mengadakan pasar malam. Mereka menyebutnya ‘Dandangan’, yang diselenggarakan di sekitar Menara Kudus.


Di sepanjang Jl Sunan Kudus ditutup untuk lalu lintas, dan dipakai untuk berjualan makanan, mainan serta barang lain. Puluhan kios menjajakan dagangannya siang dan malam. Selain masyarakat setempat, banyak juga para peziarah Sunan Kudus yang datang dari luar kota.




Kalau di hari biasa, para peziarah bisa berbelanja di toko dan kios yang berada di Jl Menara, jalan menuju dan tempat Menara Kudus. Dan pada pekan Dandangan ini jalan disekitar area itu, penuh dengan pedagang berjualan dengan kios yang tertata rapi. Tradisi ini sudah terpelihara ratusan tahun, sejak komplek masjid khususnya Menara Kudus itu didirikan oleh Sunan Kudus pada tahun 1549, salah satu Wali Songo di Jawa.


Kami menuju menara setelah parkir di SMP Mu 1 di Jl Raden Asnawi, sekolahan sahabat kami. Kami melewati gang dan lorong kecil berkelok, yang mengingatkan saat menuju komplek Al Aqsho di Palestina. Kami menelusurinya, karena dipandu oleh sahabat yang sejak kecil sekolah di sekitar area itu.




Ramai sekali pengunjung di siang itu, kami langsung di depan komplek makam Sunan Kudus, di samping Masjid dan di belakang Menara. Para peziarah memenuhi Masjid serta berlalu lalang banyak yang keluar dan banyak pula yang masuk komplek makam. Kami mengambil beberapa foto sebelum kami beranjak ke depan Masjid di Jl Menara.


Menara Kudus merupakan bangunan saat peralihan dari pemerintahan Kerajaan Mojopahit ke Kesultanan Demak yang selanjutnya ke Kesultanan Pajang. Bentuk Menara Kudus persis seperti Pura di Bali yang terbuat dari bata merah, karena kita tahu sejak zaman Mojopahit sudah tidak menggunakan batu dan beralih ke bata merah.


Tidak ada tempat yang sepi dan longgar di sepanjang Jl Menara serta depan Masjid Al Aqsho, nama masjid sama dengan di Palestina. Banyak peziarah hilir mudik, datang dan pergi serta keluar masuk Masjid Menara Kudus. Sungguh menyenangkan, semangat para peziarah yang datang jauh dari luar kota.




Tampak keceriaan dan kegembiraan dari setiap yang hadir, walau mungkin mereka juga cukup kelelahan. Namun kali ini mereka terhibur dengan adanya Dandangan, pasar malam sebagai penyambutan atau pertanda Romadhon akan segera tiba. Barangnya cukup murah dan menarik, serta cocok sekali sebagai oleh-oleh saudara atau kerabat di rumah.




Beberapa makanan dan mainan yang dijajakan di Dandangan, mengingatkan puluhan tahun yang silam, ketika dalam even yang sama, atau pasar malam keliling. Tradisi yang turun temurun ini, cukup terpelihara dengan baik, serta terkadang ditambah sentuhan variasi serta inovasi. Lebih asyik lagi, kalau kita bisa bergegas kesana.


Sebelum meninggalkan Kudus, kami silaturrakhim ke dalem ibu sahabat yang selalu tampak sehat. Kami juga menikmati sajian khas Kudus yang lain, sate dan kikil kambing yang empuk dan lezat yang sudah di siapkan. 


Semoga kita selalu sehat. (Abk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suara Wisata Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Flashworks. Diberdayakan oleh Blogger.