Beberapa orang yang bersemangat sehat, tergabung dalam kelompok Prolanis Kenis. Mereka tergabung menjadi satu sejak 10 tahun yang lalu ketika layanan Prolanis pertama kali diadakan. Sejak saat itu mereka saling kenal, bahkan menjadi ajang silaturrokhim diantara mereka, walau bertemu sekali dalam sebulan.
Saling memberi dan menerima diantara anggota yang tanpa suatu ikatan apapun, kecuali merasa ‘senasib’. Kondisi sebagai penyandang Diabetes ataupun Hipertensi lah, yang menyatukan kelompok Kenis ini.
Namun kami selalu membesarkan hati dan jiwa beliau semuanya dengan memuliakan nya sebagai orang yang memiliki ‘keistimewaan’. Makanan serta minuman yang dikonsumsi tidak sama dengan orang kebanyakan. Begitupun juga dengan beberapa kebiasaan yang lain, tidak sama dengan masyarakat biasa.
Pada peringatan 10 tahun Prolanis ini, sebagian dari mereka sepakat untuk melakukan healing atau refreshing. Kelompok Kenis ini memilih untuk piknik ke Kebun Teh Jamus di Kabupaten Ngawi, yang berjarak sekitar 120 km. Salah satu destinasi wisata alam di lereng utara gunung Lawu dengan ketinggian 1012 mpl.
Kebun ini terkenal akan keindahan alamnya dan produksi teh berkualitas tinggi. Perkebunan ini kemungkinan berkontribusi terhadap produksi teh Indonesia secara keseluruhan, industri yang signifikan di negara ini. Banyak pula wisatawan yang bermalam di glamping, menikmati udara segar sejuk alami. Lanskap yang indah dengan angel yang presisi bisa menjadi daya tarik mendapatkan fotografi yang meramaikan medsos.
Sebuah wisata tidak terpisahkan dengan kuliner. Makanan tradisional yang dikemas dengan kekinian, menyulap sajian getuk menjadi cukup digemari para wisatawan. Kami semua juga meluangkan waktu untuk singgah di rumah produksi getuk, yang juga sebagai ternak ikan koi serta tanaman hias.
Kecamatan Ngrambe lokasi industri getuk, kami semua juga memilih untuk ishoma. Tepatnya di Lesehan dan Kolam Renang Hargo Dumilah, kami semua maksi. Sholat tadi sudah kami lakukan di musholla pengolahan getuk yang bagus di tengah taman tanaman hias serta kolam ikan koi.
Destinasi berikutnya, pemandu wisata Anisa mengajak kami kami semua untuk flashback sejenak. Mengenang masa silam saat negeri ini dikuasai oleh orang lain. Benteng Van den Bosch, sebuah bangunan sebagai strategi untuk menguasai alur perdagangan. Lokasi ini dipilih karena merupakan pertigaan, bertemunya Sungai Madiun menuju induknya Bengawan Solo. Sehingga lalu lintas air saat itu bisa terpantau dan dikuasai oleh penjajah.
Bangunan kuno di awal tahun 1800 an ini, saat ini sudah dilakukan renovasi dengan baik, sehingga mengurangi kesan menyeramkan. Namun masih juga disisakan beberapa puing kuno yang semakin menambah anggun serta terkesan lebih eksotis.
Di dalam bangunan kokoh ini juga terdapat makam salah satu pasukan Pangeran Diponegoro saat berjuang dan berdakwah di sekitar lokasi yang cukup sejuk ketika kami itu.
Banyak wisatawan berdatangan di saat kami akan meninggalkan tempat bersejarah itu. Rombongan dari Jogja dan Surabaya dengan mengenakan seragam kelompok nya.
Dalam perjalanan pulang, belanja oleh oleh dari Ngrambe berupa sayuran, buah dan getuk ternyata belum cukup, termasuk di Pasar Jogorogo. Sehingga kami semua juga singgah di produsen kripik tempe Ngawi. Kami berangkat pada 5.27 pagi hari, sampai di rumah 18.19 WIB.
Kegembiraan dan kebahagiaan yang kami dapatkan tidak bisa tergantikan oleh apapun. Hal ini merupakan salah satu terapi diri yang tidak mudah di dapat. Jiwa yang bahagia akan menambah imun, menyiram semangat untuk selalu sehat.
Bahagia dan selalu ceria mempunyai kekuatan yang melebihi obat. Dibarengi doa dan semangat kebersamaan, semuanya akan menjadi semakin sehat.
Semoga kita selalu sehat. (Abk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar