Silaturrahim ke negeri panda 5
Destinasi wisata tepi sungai itu sangat digandrungi orang, termasuk wisatawan lokal. Memang sangat terhibur oleh taman di kawasan yang disebut 'pantai' atau area tepi sungai itu, yang mereka mengenalnya dengan nama The Bund.
The Bund di Shanghai, juga dikenal sebagai Waitan, adalah kawasan tepi laut terkenal yang terletak di tepi barat Sungai Huangpu di jantung kota Shanghai, Tiongkok. Kota ini terkenal dengan warisan arsitekturnya yang menakjubkan dan merupakan simbol utama sejarah dan perkembangan kota.
The Bund menampilkan kombinasi gaya arsitektur, termasuk neoklasik, art deco, dan Romawi, yang mencerminkan peran historisnya sebagai pusat perdagangan dan keuangan internasional. Banyak dari bangunan ini dibangun pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ketika kekuatan asing mempunyai konsesi yang signifikan di Shanghai.
The Bund memberikan pemandangan indah gedung pencakar langit modern di kawasan Pudong di seberang sungai, menciptakan kontras yang mencolok antara masa lalu dan masa kini Shanghai. Ini adalah tujuan wisata yang populer, terutama karena pemandangan malamnya ketika gedung-gedungnya diterangi cahaya, sehingga menciptakan pemandangan cakrawala yang memukau.
Pengunjung The Bund dapat berjalan-jalan santai di sepanjang kawasan pejalan kaki, menikmati arsitektur, dan menjelajahi berbagai toko, restoran, dan bar di area tersebut. Kota ini tetap menjadi bagian penting dari identitas Shanghai dan bukti sejarah kota ini sebagai pusat ekonomi global.
Kehidupan lalu lintas air di tunjang oleh kebutuhan wisatawan yang ingin menikmati pengalaman diatas kapal wisata. Mereka merasa bangga bisa menaiki kapal menyeberang sungai menuju destinasi lain di seberang sana yang semuanya memukau. Kapal wisata biasa saja, malah sepertinya di bawah standar, namun kami dan para penumpang lain enjoy saja.
Di dermaga seberang, kami menumpang bis yang membawa kami ke salah satu ikonik Shanghai yang selalu menjadi teman selpi setiap wisatawan.
Menara TV Oriental Pearl di Shanghai adalah gedung setinggi 467 meter (1.536 kaki) yang dibangun mulai tahun 1991 hingga 1995 yang merupakan menara tertinggi ke 5 dari 7 menara tertinggi di dunia. Salah satu keunikan ikonik yang di desain warga Shanghai ini, menara ini memiliki 11 bola besar dan kecil, dengan lift pusat dan kolom raksasa dipasang di bawah tanah.
Pada awalnya, kami akan membeli tiket untuk bisa naik tower sampai puncaknya. Namun karena antrian terlalu panjang yang menurut info petugas sekitar 2 jam lagi, maka kami membatalkannya. Kami harus cukup puas dengan berfoto ria di halaman sekitar pangkal dari Pearl Tower itu. Kami juga sambil menikmati snek dan minuman di counter yang terdapat di halaman menara TV itu.
Setelah puas menikmati suasana di keramaian serta menghilangkan dahaga dan lelah karena udara cukup panas, kami menuju resto dengan menaiki taksi. Bukan sembarang resto, kami akan menikmati masakan khusus sate Uygur di kota metropolitan ini. Mungkin hanya 6x10 meter di pojok jalan, ramai pelanggannya, hanya sisa beberapa meja saja. Kami memesan sate dan beberapa masakan sayur khas mereka.
Banyak pelanggan yang datang menikmati resto halal Sapar Uygur itu. Kami dan beberapa pelanggan yang lain berjilbab, dan karyawan yang laki berpeci khas warna putih. Semua masakan kami nikmati dengan bumbu khas, enak dan lezat. Suasana pengunjung cukup padat serta penuh kekeluargaan dan khas negeri itu. Tidak sedikit pula yang pesan untuk dibawa pulang.
Setelah itu kami naik kereta ke Jiaxing, sebuah kota baru dan kota satelit dari kota setara Kabupaten Hangzhou. Kota yang cukup besar dengan tata kota dengan konsep metropolis. Kemudian kami naiki tramp kota menuju apartemen kakak kami yang menetap disana.
Ber Sam bung . . . 6
Semoga kita selalu sehat. (Abk)