Silaturrakhim ke Negeri Panda 7
Pagi ini kami terasa lebih segar, karena malamnya bisa tidur dengan pulas. Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh psikologis bahwa kami sudah sampai di tempat tinggal, sudah tidak di perjalanan lagi. Pagi ini kami menghirup udara segar dari lantai 18 apartemen yang cukup besar itu.
Kakak mengantar dan mensupport anak yang mengikuti lomba balet. Kami memilih di rumah saja membersihkan serta merapikan agar lebih tertata. Dan selebihnya meluruskan badan agar semakin fresh.
Sorenya kami semua bersiap pelesir ke sungai bulan. Pasar malam yang didominasi jajanan kuliner khas suku Hui sangat ramai dikunjungi wisatawan, terutama domestik. Mereka seperti euforia, baru terlepas dari belenggu pandemi. Tidak ada pertunjukan khusus, orang jualan souvenir dan makanan khas yang semuanya digemari pengunjung.
Mulai dari tempat parkir, sudah bisa terpantau membanjirnya pengunjung. Terlihat juga kepadatan lalu lintas jalan di sekitar destinasi yang akan kami kunjungi. Dan tidak sedikit pula rombongan keluarga, selain rombongan yang sepertinya grup komunitas para muda.
Kami harus melewati jembatan kuno yang melengkung ke atas agar bisa sampai ke area pasar malam. Lengkungan jembatan itu, menjadi kanal atau terowongan untuk bisa dilewati perahu. Sungainya tidak begitu besar, namun sepertinya sangat terawat, karena sebagai sarana untuk wisata air.
Begitu menyeberang jembatan kuno, keramaian area pasar malam akan semakin terasa, walau dari seberang sudah terlihat. Gemerlap lampu yang berwarna warni menerangi setiap kios yang menggelar barang dagangannya. Beberapa stand juga dilengkapi dengan musik yang menambah semangat ataupun loud speaker untuk menawarkan barang atau jajanan.
Sungguh meriah suasana pasar malam Sungai Bulan ini. Beraneka ragam kuliner tradisional maupun kekinian bisa kita dapatkan di pasar malam berkonsep kuno ini. Berbagai mainan tradisional juga banyak memikat para wisatawan untuk membeli dan memiliki sebagai nostalgia. Tidak hanya itu, kebutuhan aksesoris keseharian pun bisa kita dapatkan disana.
Pasar malam itu tampak sangat hidup dengan keberagaman serta dinamisasi semua lini kehidupan tradisional dan kerakyatan, serta kaya dengan sentuhan budaya yang terlestarikan.
Kami makan malam di sebuah resto halal yang cukup besar, dengan bangunan tradisional yang sangat terawat. Menu utama yang disajikan, masakan dengan olahan daging kambing, tentu saja dengan unggulan sate kambing. Sate kambing di resto, tusukannya dari logam, seperti jeruji sepeda. Dagingnya empuk, sudah berbumbu, rasanya lezat.
Usai menikmati makan malam masakan khas suku Hui yang halal, kami sedikit meneruskan melihat kampung tradisional sekitarnya. Banyak juga berbagai macam hewan yang ditawarkan, antara lain kura kura, ikan, iguana, tokek, tikus dan masih banyak lagi. Aneka bunga dengan pot yang sangat menarik, juga tersedia disana. Begitu juga bermacam buah yang menyegarkan serta jus fresh sesuai pesanan.
Di ujung jalan disana, disediakan back drop laser bayangan bulan yang dipantulkan di tembok. Bidikan foto yang dihasilkan akan menggambarkan bulan purnama yang bisa kita raih. Sungguh menarik. Banyak yang menginginkan untuk berfoto ria disana.
Setelah itu kami pulang, dengan melewati jalur yang berbeda, pas ditepi kanal kuno yang masih terawat dengan baik. Di sepanjang jalur itu ditempati cafe dengan tempat duduk dan view persis di tepian kanal. Dan akhirnya sampailah kami di jembatan lengkung kuno yang merupakan gerbang ke pasar malam itu.
Ber Sam bung . . . 8
Semoga kita selalu sehat. (Abk)