Catatan Kisah Asmara Terjalin di Jalur Sutera 9
Armada mobil golf mengantar kami di gerbang keluar di belakang yang sebelumnya kami kunjungi tadi. Kami berdiam sejenak sambil berunding untuk menentukan langkah mengisi waktu selanjutnya.
Pandangan kami tertuju pada istana yang menjulang tinggi di seberang jalan. Dan banyak juga wisatawan yang menuju kesana. Berarti destinasi itu juga memiliki daya pikat yang kuat.
Keponakan segera berburu tiket, entah bagaimana caranya, mereka bertiga sangat gesit. Dengan hanya dipandu smartphone dan segudang ide mereka, bisa komunikasi virtual, dan membawa kami menjelajah negeri yang belum pernah kami jamah.
Di dalam area istana banyak sekali pengunjung. Namanya Jingshan Park, ternyata bukan istana, tetapi taman yang masih bagian dari istana. Letaknya di seberang jalan atau di utara istana Tiananmen.
Jingshan Park merupakan taman kerajaan yang yang menempati lahan seluas 20 hektar lebih. Jingshan Park berarti Taman Bukit Pemandangan. Apakah taman yang memiliki bukit untuk melihat pemandangan?
Pada awalnya, Jingshan Park merupakan taman kekaisaran yang terletak di halaman belakang Tiananmen, pusat kota Beijing. Taman berbukit ini menyatu dengan area kerajaan. Namun dalam perkembangannya, Jingshan Park saat ini harus terpisah dengan induknya istana kerajaan.
Bukit setinggi lebih dari 45 meter ini, menurut historis berasal dari tanah galian pembuatan kanal sekitar istana. Kanal yang juga berfungsi sebagai pengaman istana ini cukup besar dan mengelilingi Tiananmen. Bukit buatan itu ternyata sangat kuat, walau bukan bukit asli. Tumpukan tanah galian yang sudah berusia ratusan tahun itu, masih kokoh berdiri dan sepertinya selalu ramai dikunjungi.
Taman yang hijau dan rindang ini menjadi primadona pemandangan dari atas angin saat itu. Karena memang di masa kekaisaran belum memiliki teknologi secanggih saat ini. Sehingga semua kegiatan atau pekerjaan dilakukan secara manual dengan tenaga atau kekuatan fisik. Dan itu hanya bisa dimanfaatkan oleh keluarga kekaisaran saja.
Istana Tiananmen dan Jingshan Park berada di area Jalan Jingshan Baru. Taman Jingshan sekarang menjadi tempat populer untuk berkumpul dan bersosialisasi, banyak orang tua menari, bernyanyi opera dan melakukan kegiatan budaya khas Tiongkok lainnya. Berbagai komunitas bisa berkesempatan untuk memanfaatkan area Jingshan Park dengan aneka ekspresi budaya.
Saat kami memasuki taman yang rindang ini, pengunjung cukup banyak. Dan didominasi oleh wisatawan domestik, dan mereka sangat menikmati taman yang hijau dan asri. Kami pun melangkah dengan tenang, melihat aneka warna bunga dari berbagai tanaman yang subur. Beberapa orang duduk sambil mengamati keindahan bunga tertentu.
Kemudian kami mencari jalan untuk bisa menuju puncak Jingshan Park yang legendaris ini. Kami langsung menaiki tangga, saat menemukan jalan menuju ke puncak bukit buatan ratusan tahun silam. Tidak tampak layaknya tumpukan tanah urug, malah seakan seperti bukit asli yang natural. Maklum lah, karena sudah berusia ratusan tahun.
Anak tangga terkesan terlalu curam, walau beberapa agak landai saat di persimpangan jalan. Cukup tinggi dan agak memutar, walau hanya menaiki ketinggian 45 meter. Sebelum sampai ke puncak, terdapat semacam altar dengan batu besar alami yang bertuliskan huruf Mandarin. Setelah berpose secukupnya, kami pun melanjutkan ke istana puncak yang sudah terlihat.
Cukup ramai wisatawan saat di puncak Jingshan Park, yang didominasi oleh bangunan khas. Beberapa pintu tertutup, kecuali dibalik arah Tiananmen, di dalam ruangan itu terlihat patung yang cukup besar. Kami lebih menghabiskan waktu untuk menikmati ke arah selatan, atau ke istana Tiananmen, serta berfoto dengan berbagai gaya.
Jingshan Park memang bisa memberikan sesuatu yang beda, mulai zaman dulu hingga saat ini. Dan suasana yang menyenangkan dan menarik, tidak memberi kesan bahwa taman yang hijau itu buatan. Karena kesejukan yang sangat membahagiakan hati saat itu, pada 07072017, seakan kami berada di alam yang natural nan asri.
Cukup lama kami berada disana, menikmati suasana alam sejuk di tengah keramaian ibu kota. Polusi udara memang agak terhindar, karena beberapa kendaraan sudah mulai beralih ke energi terbarukan. Penggunaan motor sangat terbatas, yang terbanyak pemakaian sepeda listrik. Tidak sedikit mobil yang tidak menggunakan BBM, sudah memakai baterai.
Ditambah dengan kegembiraan hati sambil menghilangkan dahaga dengan meneguk minuman segar. Semua itu menambah suasana semakin sejuk. Sehingga usaha pagi yang sangat melelahkan tadi bisa tergantikan.
Ber Sam bung . . . 10
Semoga kita selalu sehat. (Abk)
Baca juga www.suaramedika.com