Catatan Kisah Asmara Terjalin di Jalur Sutera 10
Setelah seharian kami berkelana di pusat ibukota negeri panda, kami istirahat semalaman. Sejak pagi kami bertujuh mengelilingi istana Tiananmen tanpa arah kepastian. Tetapi kami bisa mendapatkan apa yang kami inginkan, walau tidak semuanya tercapai. Beberapa tempat hanya bisa kami nikmati sekilas saja, tidak sampai ke pojoknya. Namun secara global sudah bisa mewakili.
Hari ini kami harus check out dari hotel di Beijing, untuk menuju ke Utara, ke kota Zhang Jia Kao. Kami bersebelas terbagi dalam dua mobil, rombongan ke 2 ini kami bertujuh yang berjiwa muda.
Sepanjang perjalanan tidak habisnya gurauan menyelingi cerita serta obrolan yang tentu bermanfaat dan menambah wawasan. Mulai hal yang masih hangat kemarin, sampai cerita masa lalu yang silam. Semuanya dikemas dengan penuh semangat mengenang kebersamaan dan keindahan.
Beberapa saat setelah keluar dari ibukota, mulai ada rambu petunjuk ke Great Wall. Wooowww, betapa kami semua lebih bersemangat lagi untuk mengamati. Dan perhatian kami semua tertuju untuk menemukan jalur atau akses ke Great Wall. Maklumlah akan tanya ke driver, kita tidak bisa bahasa mandarin, dan dia tidak bisa bahasa inggris.
Petunjuk arah ke Tembok Besar pun kami dapatkan, di daerah Badaling. Namun pagi itu kami hanya lewat saja. Dalam hatiku, nanti kalau pulangnya, kita bisa mampir sebentar disana. Inilah pemikiran sederhana dan wajar, karena memang tidak mengetahui situasi yang sebenarnya.
Dalam perjalanan selanjutnya, kami menemui hal yang masih asing. Di kanan kiri jalan tol yang kami lewati banyak kincir angin raksasa. Kami amati dan cermati. Beberapa tahun silam, di awal tahun 2000 an kami pernah beli majalah National Geography. Salah satu ulasan mengenai kincir angin raksasa sebagai pembangkit listrik tenaga angin atau Bayu.
Pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau pembangkit listrik tenaga angin adalah jenis pembangkit listrik yang mengubah tenaga angin menjadi energi listrik. Dengan memanfaatkan hembusan angin yang memutar kincir angin yang dihubungkan dengan beberapa turbin angin. Seperti halnya kepala dinamo sepeda yang menempel putaran ban, turbin dinamo di dalamnya menghasilkan arus listrik untuk menyalakan lampu sepeda.
Kami tidak mengukur dengan pasti kincir angin raksasa itu, tetapi sekedar membandingkan dari jauh. Panjang satu tuas baling-baling, sebanding dengan tiga kali tinggi tower listrik tegangan tinggi. Atau mulai 80-180 meter, dengan tuas baling-baling antara 50-80 meter. Dan PLTB sangat ekonomis dan menghasilkan listrik yang bisa memenuhi kebutuhan serta mengganti PLTU.
Kemudian kami singgah di rest area. Seperti halnya rest area pada umumnya, hanya saja lebih luas. Dan di sekitarnya 'tumbuh' kincir angin pembangkit listrik. Banyak juga pengunjungnya, mungkin mereka memang melakukan perjalanan jauh, maklumlah negeri ini sangat luas.
Beberapa menit perjalanan berikutnya, di sebelah kanan jalan tol, tampak dari kejauhan hamparan tanah dan bukit yang 'gersang'. Namun lahan itu tidak dibiarkan begitu saja. Terlihat pantulan mengkilat hitam menutupi lahan gersang itu. Dan setelah ada yang agak dekat, ternyata adalah sel Surya penangkap sinar matahari.
Negeri itu melakukan Pembangkit Listrik Tenaga Surya secara besar besaran dengan memanfaatkan tanah gersang. Sehingga pada tahu 2017 itu, listrik yang dihasilkan berasal dari energi terbarukan, baik PLTS maupun PLTB. Mengapa negeri kita yang kaya sinar matahari dan hembusan angin tidak melakukan seperti itu.
Setelah beberapa saat meneruskan perjalanan, kami juga terperangah lagi. Dari kejauhan sebelah kanan jalan tol, terlihat bangunan mirip 'reaktor nuklir'. Apakah ini benar, kami tidak tahu. Kalaupun benar, berarti mereka benar benar menjaring energi listrik super megawatt.
Ber Sam bung . . . 11
Semoga kita selalu sehat. (Abk)
Baca juga www.suaramedika.com