Sate Kambing dari ZhangJiaKao

drabudik
0

 

ZhangJiaKao

Catatan Kisah Asmara Terjalin di Jalur Sutera 11


Menjelang dzuhur sudah masuk kota Zhang Jia Kao. Daerah yang cukup dingin, salah satu kota yang pernah digunakan Olimpiade Musim Dingin. Dan kami bermalam di salah satu hotel yang digunakan para atlet sebelum berlaga untuk memperebutkan medali prestasi.


Di kota inilah asal mempelai wanita yang kami hadiri sebagai tujuan pokok kami datang ke negeri tirai bambu ini. Kota yang setara kabupaten di barat laut ibukota negeri panda ini cukup dingin. Sehingga tidak tersedia AC di kamar, justru disediakan pemanas ruangan bila diperlukan.


Tidak banyak tamu saat itu, hanya beberapa yang kami temui. Kami menempati lantai 2, lorong atau selasar jarak antar kamar yang berhadapan cukup lebar. Sehingga hotel yang terletak di jalan utama itu terkesan luas, dan lantainya terbuat dari parket atau kayu untuk menambah kehangatan.


Air kran terasa dingin, sehingga kalau ingin mandi harus memanfaatkan penghangat yang tersedia di kamar mandi. Selimut tebal pun tersedia di bed untuk setiap tamu.


Resto muslim ZhangJiaKao


Sore itu kami diundang tuan rumah untuk makan bersama keluarga besar dan sahabat mempelai wanita. Kami hanya bersembilan untuk menghadiri jamuan makan malam yang penuh bersahabat itu. Lokasinya tidak jauh dari hotel tempat kami menginap, hanya lurus ke kanan sedikit kemudian belok kiri beberapa meter.


Resto tempat jamuan makan malam adalah salah satu resto muslim, dengan board hijau sebagai tanda dan identitas disana. Pengunjungnya cukup banyak, dan tuan rumah sudah booking meja di lantai 2, khusus untuk acara ini. Meja bundar khas resto China dengan anak meja saji yang berputar. Setiap meja disiapkan 8-10 kursi, yang semuanya lebih dari 8 meja. Meriah sekali.


Seperangkat set sarana makan dibagikan pada semua tamu. Disediakan juga minuman dingin atau yang hangat. Semua minuman dibuat dan disajikan tanpa gula. Kecuali kalau minuman kemasan, rasa manisnya dibawah level manis yang biasanya kita konsumsi. Sepertinya negeri panda ini tidak membiasakan rasa manis atau gula pada minumannya.


Makan malam


Hidangan ala masyarakat China pun mulai keluar, satu persatu bagai aliran air, terus menerus bersambung. Kali ini didominasi oleh sayur rebus ataupun yang tumis. Dibarengi dengan daging, dengan hidangan sate kambing berbumbu yang lezat dan sangat empuk serta tidak terlalu berbau lebus. Enak dan nikmat sekali menyantapnya. Nasi hanya diberikan sesuai permintaan saja, karena mereka makan tanpa nasi.


Diantara hidangan yang tersaji, semuanya ngobrol entah cerita apa. Kami tidak tahu sama sekali bahasa mereka, kecuali kalau kami bertanya pada anak muda yang mendampingi kami sebagai penerjemah. Kami hanya bertanya tentang hal yang berkaitan dengan kegiatan kami saja.


Semua hidangan yang disajikan selalu kami santap sampai habis tidak bersisa. Tanpa terasa, kami menikmati hidangan terakhir. Entah apa, kami sudah tidak ingat. Karena sudah 6 tahun yang lalu, Juli 2017.


Semua makanan yang disajikan resto muslim itu enak, kami semua menikmati dengan semangat, tidak ada yang tersisa. Buah semangka juga menjadi salah satu sajian menu makan malam saat itu. Semuanya gembira dan bahagia, dengan suasana kehangatan walau baru berjumpa saat itu.


Sesampai di hotel kami sedikit berkemas, karena besok pagi harus ke acara resepsi. Dan setelah membersihkan diri, kaki segera istirahat agar besok pagi akan lebih fit.


Ber Sam bung  . . . 12


Semoga kita selalu sehat. (Abk)


Baca juga www.suaramedika.com 


Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Accept !