Catatan Kisah Asmara Terjalin di Jalur Sutera 1
Beberapa anggota keluarga besar, berencana menghadiri undangan ke Cina. Pada awalnya, hati kami kurang terketuk dan merespon info itu. Namun setelah kami pertimbangkan, akhirnya mengambil kesempatan emas itu, untuk ikut menyertainya.
Saat yang hampir limit waktu sebelum keberangkatan, urusan tiket dan visa ke negeri dengan rakyat terbanyak di Asia dan bahkan di dunia itu, tidak ada kendala yang berarti. Sehingga semua urusan rutin sehari hari di bulan Ramadhan serta persiapan hari raya Idul Fitri 1438H terbilang lancar.
Pengurusan visa kami memang dilakukan paling akhir diantara anggota keluarga dalam rombongan yang akan berkunjung ke negeri panda itu. Karena pada awalnya kami belum mendengar info adanya rombongan keluarga yang akan terbang ke negeri sungai kuning. Karena terbatasnya waktu, serta karena kami masih terikat bertugas di rumah sakit, kami memilih jasa biro travel untuk pengurusan agar bisa segera mendapat visa.
Hal demikian bisa dilakukan karena yang kami perlukan visa turis. Sehingga segala keperluan persyaratan bisa kami kirimkan lewat jasa pengiriman dokumen, yang di era ini sudah banyak tersedia. Dan biro travel yang kami pilih sudah biasa melakukan, sehingga tidak ada kendala dan semuanya lancar.
Begitu juga ijin kedinasan kami, yang bertepatan dengan hari hari sekitar lebaran yang ditambah hari libur bersama. Sehingga kami memilih tetap bekerja di Hari Raya lebih dahulu, sementara beberapa teman libur dan berlebaran. Kemudian kami mengambil libur setelah lebaran usai.
Kesepakatan seperti ini bagi kami merupakan simbiosa atau saling menguntungkan, tidak ada yang merasa dirugikan termasuk pelayanan pada masyarakat. Tugas utama kami adalah penanggung jawab penyiapan catatan medis pasien yang disertakan saat pemeriksaan, sebagai pedoman agar perawatan selanjutnya akan lebih terevaluasi dan berkesinambungan. Kronologi riwayat perjalanan penyakit akhirnya akan dapat disimpulkan, dan solusi serta terapi terbaik segera didapatkan, menjadi sehat kembali.
Itulah pentingnya rekam medis, sebagai informasi dasar data medis seorang pasien serta data pelengkap yang didapat selama pemeriksaan dan riwayat yang terkait dengan penyakitnya. Rangkuman semua itu sangat diperlukan untuk pendekatan serta menegakkan diagnosa seorang pasien.
Riwayat penyakit juga didapatkan dari informasi, baik dari pasien atau keluarga, bahkan dari orang lain yang menyertai. Oleh karena itu betapa pentingnya tanya jawab tenaga medis yang diperoleh, sebagai pijakan dasar diagnosa. Informasi atau jawaban yang tidak sesuai atau jujur, akan menyesatkan dan sangat merugikan pasien di kemudian hari. Karena akan berkaitan erat dengan penegakkan diagnosa serta penentuan pengobatan, yang bagaimanapun juga baik sedikit atau banyak akan diikuti efek samping yang biasanya berdampak kurang menguntungkan.
Perjalanan dari Bojonegoro ke Bandara Juanda justru ‘dihadang’ oleh keramaian sekitar pasar Babat, selain oleh beberapa pasar kecamatan yang lain. Andaikata diumpamakan sebuah penyakit, sudah tergolong ‘kronis’ dan sulit disembuhkan. Dan kondisi seperti ini merupakan salah satu ‘cermin’ dari budaya diri kita.
Kendatipun Pasar Babat sudah ‘dipecah’ menjadi dua, namun tetap saja dan sangat berperan sebagai biang kerok macet. Bahkan kemacetan terancam menjadi dua tempat pula di jalur yang sama, bagi lalu lintas yang berasal dari Bojonegoro.
Kondisi macet inipun seakan ‘dibiarkan’ oleh yang berwenang, serta seakan ‘dinikmati’ oleh ‘warga sekitar’ atau entah oleh siapa. Dan siapa pula yang harus bertanggung jawab untuk mengurai lalu lintas sekitar pasar yang waktu tempuh melaluinya memakan waktu hampir satu jam.
Rasanya ingin menjerit, namun sekeras lantunan jeritan kita, tidak akan bisa mengurai kemacetan yang ada. Macet seakan sesuatu yang harus ada di sekitar pasar Babat, karena super sibuknya aktivitas bisnis disana. Dan sepertinya kalau tidak macet, bukan Babat, dan perekonomian gagal. Kemacetan hampir terjadi di sepanjang hari tanpa henti, apalagi di sekitar saat Hari Raya.
Babat memang sebuah ‘perempatan’ yang strategis, yang menghubungkan garis silang Tuban - Jombang dan Surabaya - Bojonegoro. Dilewati oleh lalu lintas dari Surabaya ke Bojonegoro atau Tuban, yang merupakan jalur lintas utara dan menghubungkan lintasan Tuban menuju Jombang. Bisa kita bayangkan betapa padat serta ruwet situasi aktivitas pasar dengan beragam ‘penghuni’.
Ber Sam bung . . . 2
Semoga kita selalu sehat. (Abk)