Jelajah Bumi Anbiya 29
Beberapa menit perjalanan dari bukit zaitun yang memiliki historis jejak para nabi yang panjang, kami ditunjukkan pada tanaman yang diyakini sebagai pohon gharqad. Atau lebih tepatnya ada yang menyebut tergolong semak atau perdu. Pohon ini banyak dikaitkan dengan situasi akhir zaman.
Bis tidak berhenti apalagi kita sampai turun, hanya saja kecepatan diperlambat. Namun kami juga kurang paham benar, pohon mana yang disebut sebagai gharqad. Sebagian besar peserta juga tidak seberapa respon.
Perjalanan dilanjutkan, akhirnya sampai pada emigrasi. Memang tidak tegang dan cemas seperti saat di imigrasi 3 hari yang lalu. Sekali lagi kami sangat bersyukur, karena disaat kami disana dalam kondisi aman. Tanggal 3 kemarin, terjadi bentrok di Taba border, tempat kami check in imigrasi dulu dengan penuh kecemasan dan full doa.
Proses emigrasi lancar, dan kami mendapat lembar tanda check out dari Yerusalem. Kemudian menuju batas masuk wilayah Yordania, yang dilanjutkan dengan semacam visa on arrival serta sangat lancar. Di handle tour leader secara kolektif.
Setelah perjalanan beberapa menit, tibalah saatnya makan siang. Dan bis rombongan Halal Mania berhenti di sebuah hotel dan resto di pinggir pantai Dead Sea. Wah pasti sangat menyenangkan ini, hanya saja cuaca pada saat itu tergolong panas.
Karena memang belum dhuhur, dan kebetulan makanan belum siap untuk disajikan, maka semua peserta Jelajah Bumi Anbiya berniat untuk ke 'pantai' dulu. Jaraknya cukup jauh, mungkin lebih dari 250 meter, walau satu kompleks dan kelihatan. Jalan menurun yang terkadang dengan tangga.
Danau raksasa ini disebut Dead Sea atau Laut Mati, bukan danau biasa. Keistimewaan dari air disini, mempunyai kadar garam yang tinggi, mencapai 32%. Sedangkan laut luas yang kita katakan asin, hanya memiliki kadar garam kurang dari 3%. Betapa tinggi kadar garam Dead Sea, sehingga hampir tidak kehidupan di dalamnya. Dan siapapun yang masuk kesana, akan 'terselamatkan'. Karena otomatis akan terapung, walau tidak bisa berenang.
Wilayah Laut Mati ini terbagi dalam 2 negara. Yordania di separuh sebelah timur dan sebelah baratnya masuk dalam wilayah Palestina. Permukaan air Dead Sea merupakan tempat terendah di dunia, sekitar 418 meter di bawah permukaan laut.
Dead Sea mempunyai nilai ekonomis tinggi, karena garam mineral yang terkandung, berfungsi sangat bagus sebagai kosmetika. Termasuk lumpur lembut di dasarnya dimanfaatkan dengan baik sebagai bahan dasar kosmetika, sehingga para ibu lebih betah bermain disana.
Beberapa teman ada yang masuk dengan berpakaian renang, dan ternyata benar benar terapung tanpa menggerakkan tangan atau kaki. Sebagian besar para ibu hanya cukup menceburkan kaki saja sambil membasuh sesuai yang diinginkan.
Senang sekali para peserta JBA ini, sampai lupa kalau terik matahari sangat menyengat. Lebih dari 30 menit hampir semua peserta bercengkerama, yang di sebelah selatan juga dekat dengan wisatawan barat. Semuanya enjoy saja, bergembira menikmati keistimewaan Laut Mati yang penuh khasiat.
Sengatan terik matahari mengusik kami untuk segera mengakhiri ciblon di Dead Sea. Karena pekatnya kadar garam, permukaan kulit mendadak jadi lebih halus. Tetapi sangat pliket atau lengket, sehingga harus bilas dengan air tawar, yang disediakan d pinggir pantai.
Saat kembali ke atas atau ke resto hotel, baru terasa bahwa tadi turunnya curam tetapi tidak kami rasakan karena euforia. Dengan agak bersusah payah, kami sampai dalam dinginnya AC hotel.
Kami semua santap siang setelah sholat dhuhur dalam musholla yang sangat terbatas ruangannya. Menu mediteranian yang cukup menarik, yang sebagian besar salad. Yang paling menarik adalah buah melon, tekstur yang lembut belum pernah kami temui sebelumnya. Varian melon yang sangat pas. Rasa manis dan segar terpadu dengan seimbang, sehingga mengalahkan semangka di sebelahnya.
Kami bisa menyantap hidangan agak banyak, dikarenakan energi cukup terkuras saat ke pantai tadi. Dan usai dari pantai pun masih menunggu dulu karena masih dalam proses penyiapan. Jadinya semakin lebih enak menyantapnya.
Ber Sam bung . . .
Semoga kita selalu sehat. (Abk)