Nuweiba Sunrise ala Lombok

drabudik
0

 

Halal mania

Jelajah Bumi Anbiya 10


Beberapa saat berdoa di lembah sekitar Bukit Tursina, kami harus segera kembali ke point Saint Catherina. Beberapa kendaraan harus berkumpul terlebih dahulu, harus konvoi.


Perjalanan menuju pantai timur semenanjung Sinai, diharuskan konvoi oleh pihak keamanan setempat. Berarti ada kemungkinan agak rawan, entah karena apa. Saya berdoa terus selama melewati jalan yang memang agak sepi dan memang belum maghrib, walau jam di HP sudah mendekati pk 19.00.

Nuweiba resort


Setelah melalui jalan turun naik yang sebagian besar berbukit gundul sekitar 2 jam, maka sampailah rombongan JBA di kota Nuweiba. Kota tepian pantai laut merah yang berseberangan dengan Arab Saudi, saat sudah lewat maghrib. Kami bersyukur sudah sampai tujuan. Andai tadi dipandang kurang aman, maka harus berangkat pk 20.00 dari St Catherine, dan masih 2 jam lagi sampai di Nuweiba.

Club Nuweiba resort


Rombongan kami menempati Club Nuweiba, sebuah resort yang eksotik, pas di tepi laut merah. Kami langsung makan malam di resto hotel yang lokasinya di sebelah pantai dan kolam renang. Berbagai menu bisa kita pilih, mulai ikan bakar fresh sampai hidangan meditarian lokal yang 'wajib' kami cicipi. Menu standar hotel bintang 5 pun tersedia disana.


Setelah pembagian kunci kamar, kami pun segera berbenah dan membersihkan diri setelah seharian menjelajah semenanjung Sinai. Suasana kamar nyaman, karena semuanya lantai satu, dan semuanya berhadapan dengan halaman yang luas dengan rumput yang hijau, sehingga seakan melupakan kami kalau sedang berada di negeri gurun yang tandus.

Nuweiba sunrise


Hotel dengan suasana natural yang dipenuhi berbagai bunga, sungguh memikat hati dan rasanya ingin berlama disana. Udara pantai yang sejuk, serta semilir angin dari pepohonan disekitarnya, juga memikat kicau burung yang menambah romantisme suasana menjelang terbitnya sang mentari. Kenyamanan ini bisa melenyapkan kepenatan setelah menempuh perjalanan sepanjang 532 km selama sekitar 6 jam.


Namun sayang, setelah sarapan rombongan JBA harus segera check out untuk misi yang paling utama, yaitu ke Bumi Palestina. Namun kita harus melewati pemeriksaan yang ketat saat masuk wilayah Israel. Pihak travel memilih melewati Taba Border, di kota Taba.


Saat di imigrasi Israel, kita harus tenang dan selalu berdoa agar semua anggota rombongan bisa melalui dengan lancar. Masalah 'kecil' terjadi pada salah satu peserta, karena berbeda penulisan nama. Namun bisa mendapatkan solusi dengan segera oleh pihak travel.


Begitu melangkah meninggalkan bis dengan plat nomor Mesir, hampir semua peserta merasa kehilangan Om Mustofa, tour guide yang baik dan 'nyemanak' serta luas wawasan tentang negeri kita ini, walau dia warga keturunan asli bumi Firaun, Luxor. Bisa menyanyikan lagu Pramuka Disini Senang, Kapan kapan Koes Plus, lagu Kebangsaan dan masih banyak lagi, serta mengikuti semua yang viral di negeri ini. Dan satu kesedihan lagi di hati kami, karena ada satu peserta yang tidak mendapat visa Israel.


Ber Sam bung . . .


Semoga kita selalu sehat. (Abk)

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Accept !