Jelajah Bumi Anbiya 20
Semua yang tergabung dalam Halal Mania merasa lega, karena sejak kemarin sudah bisa mewujudkan impiannya untuk beribadah di Masjidil Aqsha. Semangat ini terlihat dari wajah yang penuh ceria saat menyantap breakfast di resto hotel Holy Land Jerusalem. Mereka saling cerita, karena keakraban juga sudah lebih terjalin setelah beberapa hari ini.
Pagi ini kami akan ke kota bersejarah yang lain, kalau kemarin ke Jericho, maka hari ini kami menuju Hebron. Kota yang tidak asing lagi ditelinga kita karena sering disebut di media terkait konflik di negeri itu.
Kami akan ziarah ke masjid yang sekaligus terdapat makam beberapa Nabi di kota Hebron yang berjarak sekitar 40 Km selatan Jerusalem. Semua peserta terlihat bersemangat, karena insyaAllah akan ke makam Nabi Ibrahim AS yang dikenal juga sebagai Bapak para Nabi.
Pada perjalanan menuju Hebron, kami melewati sebuah lokasi yang pada saat itu dikiri jalan, berupa lembah, dikenal sebagai lembah Gehenna. Banyak cerita yang suram dan mengerikan terkait lembah ini, walau landai tetapi cukup dalam, sehingga disebut sebagai lembah Jahanam.
Gehenna merupakan sebuah lembah yang terdapat pada tepi barat-daya Jerusalem, yang pada awalnya sebagai lokasi pengorbanan anak, terutama anak perempuan cantik, menurut adat tradisional setempat. Mereka dikorbankan secara keji yang dipersembahkan kepada berhala Moloch. Namun setelah datangnya para utusan Allah, adat yang menyesatkan itu dibasmi.
Rombongan bis sampai pada area yang sepertinya tidak berpenghuni. Tetapi sebenarnya banyak deretan pertokoan yang seakan terbengkalai atau tidak terawat sama sekali. Konon daerah ini masih dalam kondisi sengketa yang berkepanjangan, entah sejak berapa tahun yang lalu, dan masih berapa tahun lagi akan mendapat solusi, hanya Allah yang maha mengetahui.
Akhirnya bis berhenti, kayaknya di area perbatasan. Yang sebelah kiri, rumah atau pertokoan yang tidak terawat tadi, dan yang sebelah kanan perumahan bagus tertata rapi serta terawat dengan baik. Masjid Ibrahim serta makamnya berada di wilayah penjagaan yang cukup ketat.
Dari tempat parkir, kami berjalan melewati area yang kurang terawat menuju perbatasan. Sebelumnya di belokan atau perempatan kecil, ada pos penjagaan 3 personil bersenjata lengkap disitu. Saat sampai di perbatasan, disinilah tempat penjagaan dan pemeriksaan para pengunjung makam Nabi Ibrahim.
Kompleks makam dan masjid diawali dengan pintu gerbang yang dijaga semacam juru kunci. Setelah melewati gerbang jalannya naik landai dengan lebar kurang dari 3 meter. Sebenarnya di dekat gerbang terdapat makam Nabi Yusuf. Tetapi tujuan utama kami adalah masjid Nabi Ibrahim dan makamnya, maka kami lewati dahulu.
Masjid Nabi Ibrahim ada yang menyebut sebagai Masjid Khalil. Di dalam masjid inilah terdapat makam Nabi Ibrahim AS beserta istri, Siti Sarah. Selain itu terdapat pula makam Nabi Ishaq AS beserta istri, Rifqoh. Kesemuanya berjajar d ruang masjid, sedangkan Nabi Ibrahim agak masuk dan di ruang tersendiri. Namun salah satu batasnya bukan tembok permanen.
Di balik pembatas itu terdapat makam Nabi Yaqub AS dan salah satu istrinya yang diakui mereka sebagai bapak dan ibu kaum lain. Sehingga saat ini kami tidak diperkenankan ziarah, kecuali 10 hari besar muslim, antara lain disaat Idul Fitri. Penyekat non permanen itu akan dibuka dan bisa melakukan ziarah. Begitu juga sebaliknya, mereka juga berhak ziarah ke makam Nabi Ibrahim dan semuanya, pada 10 hari besar mereka.
Ternyata di komplek makam Nabi Ibrahim itu bernasib sama seperti Al Aqsha, menjadi 'rebutan' 3 golongan umat.
Setelah sholat dan berdoa di Masjid Ibrahim, pemandu Om Naseh memberi penjelasan terkait itu tadi, dan kami semua melihat dan berdoa di setiap makam. Dan yang tidak kalah pentingnya, hampir setiap peserta foto di setiap sudut di masjid dan makam itu.
Setelah dirasa cukup maka kami semuanya turun, menuju makam Nabi Yusuf AS. Makam Nabi yang sangat tampan dan sabar ini, memang agak terpisah dari kelompok Bapak dari segala Nabi. Penjelasan pemandu hanya melanjutkan, yang tadi sudah disinggung saat penjelasan awal, dan dilanjutkan 'ritual' berfotoria.
Ber Sam bung . . .
Semoga kita selalu sehat. (Abk)