Puasa hari ke 23 sore tadi, dihebohkan oleh beberapa WaG teman dan keluarga, justru yang dari kejauhan. Mereka menanyakan apakah kami yang disekitar Tuban aman. Hal ini karena viralnya berita tentang gempa tektonik sebesar 6,6 SR di Laut Jawa 68 km Utara Tuban.
Mereka yang di kejauhan, dari Surabaya, Malang, Bandung serta Denpasar merasakan adanya gempa itu. Justru kami yang berada sekitar 99 km dari pusat gempa tidak merasakan, padahal goncangan cukup besar. Tetapi kedalaman pusat gempa memang sekitaran 632 km.
Gempa tektonik adalah jenis gempa bumi yang terjadi karena pergerakan lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Lempeng tektonik merupakan bagian dari lapisan kulit bumi yang bergerak secara lambat namun terus-menerus. Gempa tektonik terjadi ketika dua lempeng bertemu dan salah satu lempeng terdorong atau tersubduksi di bawah lempeng lainnya, atau ketika lempeng bergerak menjauh satu sama lain.
Setengah jam berikutnya memang diikuti oleh gempa susulan yang berada 85 km di utara Bangkalan dengan kedalaman 600 km dengan kekuatan 5,5 SR.
Gempa tektonik bisa terjadi di wilayah perbatasan antara lempeng (konvergen), di mana suatu lempeng saling menekan atau menarik lempeng lainnya. Contoh konvergen di wilayah Indonesia adalah subduksi lempeng Indo-Australia di bawah Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Selain itu, gempa tektonik juga dapat terjadi pada wilayah yang terletak di tengah lempeng (intraslab) akibat tekanan yang terakumulasi di dalam lempeng itu sendiri.
Gempa tektonik biasanya terjadi di kedalaman yang bervariasi mulai dari beberapa kilometer hingga lebih dari 600 kilometer. Gempa tektonik dapat menimbulkan kerusakan yang sangat besar pada bangunan dan infrastruktur, serta menimbulkan tsunami atau pergeseran tanah.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan mitigasi risiko gempa tektonik dengan melakukan tindakan-tindakan seperti membangun bangunan yang tahan gempa, memperkuat struktur bangunan yang sudah ada, serta meningkatkan kesiapsiagaan dan pengetahuan masyarakat mengenai gempa tektonik dan cara bertindak saat terjadi gempa.
Gempa tektonik malah bisa dirasakan di lokasi yang jauh, tetapi tidak dirasakan pada lokasi yang dekat. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya faktor-faktor seperti kedalaman gempa, jenis batuan dan jarak dari sumber gempa.
Kedalaman gempa adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi dampak gempa. Gempa tektonik yang terjadi di kedalaman yang dangkal, misalnya kurang dari 50 km, biasanya akan memiliki dampak yang lebih besar pada wilayah sekitar episentrumnya. Sebaliknya, gempa tektonik yang terjadi di kedalaman yang lebih dalam, misalnya lebih dari 300 km, cenderung memiliki dampak yang lebih kecil pada wilayah sekitarnya. Namun, gempa tektonik yang terjadi di kedalaman yang sangat dalam, lebih dari 600 km, bisa menimbulkan guncangan yang dirasakan jauh dari episentrumnya, tetapi dengan amplitudo yang rendah.
Selain itu, jenis batuan di bawah permukaan bumi juga mempengaruhi penyebaran gelombang gempa. Beberapa jenis batuan seperti granit dan batuan metamorfik lebih baik dalam menyebarluaskan gelombang gempa daripada batuan seperti pasir atau tanah. Oleh karena itu, gempa tektonik yang terjadi di wilayah yang terdiri dari batuan yang lebih padat akan lebih mudah menyebar ke wilayah yang jauh, sementara gempa tektonik yang terjadi di wilayah yang terdiri dari batuan yang lebih lunak dan tidak padat, tidak akan menyebar dengan mudah ke wilayah yang jauh.
Jarak dari sumber gempa juga mempengaruhi seberapa besar dampak gempa. Meskipun gempa tektonik yang terjadi jauh dari wilayah yang dihuni mungkin tidak dirasakan oleh manusia, gempa tersebut bisa menyebar ke wilayah yang jauh dan menghasilkan guncangan yang lebih kuat di wilayah yang lebih dekat. Selain itu, bangunan dan infrastruktur di wilayah yang dekat dengan episentrum gempa biasanya lebih rentan terhadap kerusakan daripada bangunan dan infrastruktur di wilayah yang jauh dari episentrum gempa.
Oleh karena itu, penting untuk terus meningkatkan pemahaman kita tentang gempa tektonik dan cara mengurangi risiko dampak gempa, seperti dengan melakukan mitigasi risiko gempa, membangun bangunan yang tahan gempa, dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai cara bertindak saat terjadi gempa.
Wilayah Pantura yang biasanya aman dari gempa, kali ini justru dihentak dan dikagetkan oleh dua gempa yang cukup besar. Namun kita sangat bersyukur, karena tidak berdampak pada kita semua.
Semoga kita selalu sehat. (Abk)